Demi mendukung misi global mencapai net zero emission sebelum tahun 2050, seluruh negara menggalakkan penggunaan energi terbarukan untuk kebutuhan sehari-hari dan industri. Salah satu caranya dengan mendorong masyarakat dan bisnis untuk memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Semua ini dilakukan untuk mengurangi dampak krisis iklim yang masih terus mengancam secara global, termasuk Indonesia.
Pemerintah Indonesia sendiri juga terus menggaungkan penggunaan energi terbarukan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti untuk memproduksi listrik. Contohnya seperti apa yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Demi membantu UMKM di beberapa daerah di Jawa Tengah, Pemprov Jateng membagikan panel surya untuk memproduksi listrik yang membuat tagihan listrik UMKM tersebut berkurang hingga separuhnya.
Memangnya, seberapa besar potensi tenaga surya dari Jawa Tengah?
Potensi Tenaga Surya di Jawa Tengah
Menurut laporan dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Jawa Tengah menduduki peringkat ketiga provinsi di Indonesia dengan potensi teknis energi surya atap tertinggi. Provinsi satu ini hanya kalah dari Jawa Timur dan Jawa Barat yang berada di posisi pertama dan kedua.
Tepatnya, potensi teknis tenaga surya atap di Jawa Tengah berada di angka 32,5-109,6 gigaWatt-peak (gWp). Dengan catatan, potensi teknis ini hanya menghitung potensi tenaga surya berdasarkan data pelanggan PLN untuk bangunan rumah. Artinya, studi ini tidak menghitung potensi teknis tenaga surya pada bangunan komersial seperti gedung perkantoran.
Melihat besarnya potensi tersebut, tidak heran kalau Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berusaha untuk mewujudkan inisiatif Jateng Solar Province. Inisiatif bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan IESR. Hal ini merujuk pada program dari Pemprov Jateng untuk menggalakkan penggunaan panel surya dalam pembangkitan listrik. Lalu, bagaimana strategi dari pemerintah Jawa Tengah?
Strategi Pemerintah Jawa Tengah Mengenai Tenaga Surya
Komitmen Pemprov Jateng terhadap pengembangan PLTS skala besar bisa terlihat dari strategi yang sudah dijalankan selama ini. Salah satunya, pemerintah daerah telah mengandalkan pembiayaan dari APBN dan APBD untuk beberapa program pengembangan dan instalasi PLTS. Beberapa program yang dimaksud adalah PLTS Solar Home System, Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya, PLTS atap pada bangunan publik, dan masih banyak lagi.
Menurut Sujarwanto Dwiatmoko, Kepala Dinas Energi Sumber Daya dan Mineral Provinsi Jawa Tengah, sudah ada banyak PLTS yang terbangun di Jawa Tengah. Total, ada 995 kWp PLTS yang sudah terpasang dan akan terus bertambah. Sampai saat ini, beberapa UMKM, pondok pesantren, maupun bangunan lainnya juga sedang dalam proses pelaksanaan transisi energi ke energi terbarukan berupa panel surya.
Selain memasang PLTS Atap di beberapa bangunan publik atau fasilitas umum lainnya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga sedang merencanakan dibangunnya PLTS terapung. Sesuai namanya, PLTS terapung adalah PLTS yang diletakkan di atas air seperti laut, danau, atau dalam kasus ini, waduk. Setelah bekerja sama dengan IESR, Pemprov Jateng berhasil mengidentifikasi beberapa lokasi pembangunan PLTS terapung yang memiliki potensi teknis total hingga 723 megaWatt-peak (MWp).
Pentingnya Peran Sektor Komersial dan Industri
Untuk mewujudkan Jateng Solar Province, Pemerintah Provinsi Jateng membutuhkan bantuan dari sektor komersial dan industri. Mengapa demikian?
Saat ini, sektor komersial dan industri sedang menghadapi tantangan untuk segera menerapkan praktik green industry. Maksudnya, sebuah bisnis harus menyeimbangkan antara emisi karbon yang dihasilkan, dengan emisi karbon yang dihilangkan dalam seluruh rantai pasok. Dalam masa transisi menuju zero carbon emission tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan oleh bisnis tersebut adalah dengan berinvestasi pada solar farm atau PLTS Atap.
Terbukti hingga 2021, 48% dari total kapasitas PLTS yang terpasang ternyata berasal dari sektor komersial dan industri. Tepatnya, ada 4,3 MWp dari keseluruhan 8,8 MWp kapasitas energi dari panel surya yang ada di Jawa Tengah.
Hasil Efek Domino dari Permintaan Pasar Terhadap Industri Hijau
Tingginya peran sektor komersial dan industri dalam penggalakan untuk menerapkan energi terbarukan ini merupakan efek domino dari tingginya minat masyarakat terhadap industri hijau. Ya, saat ini masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya misi mencapai net zero carbon emission sebelum tahun 2050 untuk melawan krisis iklim. Oleh karena itu, mereka menuntut sektor industri untuk melakukan transisi dan menggunakan energi terbarukan.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut, akhirnya beberapa perusahaan dan bisnis mulai melakukan transisi penggunaan energi terbarukan, tak terkecuali industri di Jawa Tengah. Tidak hanya industri besar, beberapa industri UMKM juga mulai menyadari pentingnya penggunaan panel surya atau sumber energi terbarukan lainnya untuk melakukan produksi.
Jika Anda juga ingin turut berkontribusi dalam mencapai misi net zero carbon emission sebelum tahun 2050, maka mulailah untuk mendukung industri yang juga peduli akan hal tersebut. Sebagai cara lain, Anda sendiri juga bisa menerapkan penggunaan energi terbarukan dengan memasang PLTS Atap untuk rumah tangga.
Kalau Anda tertarik untuk memasang PLTS Atap, mulailah dengan menghitung kapasitas panel surya yang sesuai kebutuhan menggunakan kalkulator surya. Kemudian, Anda bisa memanfaatkan pelayanan dari penyedia panel surya tepercaya yang bisa ditemukan pada direktori SolarHub di sini.
Referensi: