Semakin hari, dampak dari krisis iklim semakin terlihat; mulai dari suhu iklim global yang terus naik hingga keanekaragaman hayati yang mulai berkurang. Jika manusia tidak melakukan perubahan kebiasaan secara masif, maka dampak krisis iklim juga akan semakin parah. Tentu saja tidak ada yang berharap hal itu terjadi, bukan?
Maka dari itu, pemerintah dan organisasi terkait terus menggaungkan pentingnya peralihan dari energi tidak terbarukan ke energi terbarukan—seperti tenaga surya—untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari. Akan tetapi, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya memiliki polemik tersendiri jika dikaitkan dengan keanekaragaman hayati di tempat pembangunan pembangkit listrik tersebut. Sebelum membahas hal tersebut lebih lanjut, sebenarnya apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?
Apa Itu Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati, atau dikenal juga dengan istilah biodiversity, merujuk pada keanekaragaman makhluk hidup di suatu tempat. Berdasarkan tingkatannya, biodiversity sendiri bisa dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ekosistem, tingkat spesies flora dan fauna, hingga yang paling kecil adalah tingkat gen.
Agar kehidupan di bumi tetap bisa berjalan dengan seimbang, biodiversity ini wajib untuk dijaga kelestariannya. Jika pada suatu ekosistem terdapat satu spesies makhluk hidup yang berkurang atau bahkan hilang, maka akan menciptakan ketidakseimbangan yang berakibat pada overpopulation spesies tertentu dan musnahnya spesies makhluk hidup lain. Hingga akhirnya, hal tersebut akan memberikan dampak pada kehidupan manusia.
Lalu, apakah pembangkit listrik tenaga surya berpotensi menghancurkan biodiversity pada suatu daerah?
Adakah Dampak Pembangkit Listrik Tenaga Surya bagi Biodiversitas?
Sekilas, pembangunan solar farm atau pusat pembangkit listrik tenaga surya terlihat tidak membahayakan ekosistem. Ternyata, hal tersebut tidak sepenuhnya benar, lho!
Sama seperti pembangunan infrastruktur pada umumnya, pembangunan pembangkit listrik tenaga matahari bisa mengganggu ekosistem. Apalagi, beberapa pembangkit listrik tersebut dibangun di daerah terpencil yang sebelumnya tidak tersentuh oleh tangan manusia.
Akibatnya, beberapa hewan maupun tumbuhan yang tinggal di tempat pembangunan tersebut akan mati atau berpindah ke tempat lain. Tidak hanya pada saat pembangunan, pengoperasian pembangkit listrik tenaga surya juga bisa berbahaya bagi hewan sekitar.
Contohnya adalah pembangkit listrik tenaga surya bertipe CSP (Concentrated Solar Power) yang salah satunya terletak di Ivanpah, California. Singkatnya, CSP bekerja dengan memusatkan energi panas matahari pada satu titik, entah itu pipa air atau menara solar. Panas ini digunakan untuk mendidihkan air, yang kemudian berubah menjadi uap untuk menggerakkan generator.
Nah, cahaya yang muncul akibat panas terkonsentrasi itu akan menarik serangga yang memang menyukai cahaya terang, serta burung yang ingin memangsa serangga tersebut. Inilah yang menjadi alasan banyak burung terbunuh di solar farm CSP Ivanpah, California. Total, lebih dari 6000 burung mati setiap tahunnya karena hal tersebut.
Manfaat Teknologi Tenaga Surya untuk Hewan dan Tumbuhan
Meskipun memiliki dampak kurang menyenangkan, penggunaan teknologi tenaga surya tetap memberikan dampak positif bagi keanekaragaman hayati. Contohnya, tentu saja berkurangnya emisi karbon dalam produksi listrik karena tidak menggunakan bahan bakar fosil dalam pembuatannya. Dengan begitu, suhu iklim global bisa kembali normal, dan hewan-hewan tidak perlu berpindah ke habitat lain yang suhunya sesuai dengan tempat tinggal mereka sebelumnya.
Selain itu, penggunaan PLTS juga bisa menghasilkan kualitas udara yang lebih baik. Itu artinya, baik hewan maupun manusia bisa memiliki life expectancy yang jauh lebih panjang karena dapat menghirup udara yang segar.
Cara Mengatasi Risiko PLTS pada Keanekaragaman Hayati
Dampak negatif dari pembangunan dan pengoperasian PLTS terhadap biodiversity ini sebenarnya sangat mungkin untuk diminimalisir. Misalnya saja saat membangun solar farm, pastikan bahwa tim konstruksi telah berkonsultasi dengan organisasi terkait atau pihak berwajib lainnya. Dengan begitu, tim konstruksi bisa menyesuaikan pembangunan panel surya dengan anjuran dari organisasi untuk meminimalisir dampak negatif pada keanekaragaman hayati.
Lagipula, pembangunan PLTS sebenarnya tidak harus dilakukan dengan membuka lahan baru yang sebelumnya tidak pernah disentuh manusia. Untuk PLTS di kota misalnya, pembangunan panel surya bisa dilakukan di atap atau sisi gedung yang sebelumnya sudah dibangun.
Proses konstruksi pembangkit listrik tenaga surya memang memiliki sejumlah risiko terhadap keanekaragaman hayati. Namun, ada berbagai cara untuk meminimalisir risiko tersebut Selain itu, tenaga surya juga justru membawa lebih banyak manfaat bagi semua makhluk hidup, mulai dari manusia hingga hewan dan tumbuhan.
Oleh karena itu, Anda tidak perlu ragu lagi untuk ikut mendukung misi global dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan bagi kebutuhan sehari-hari. Salah satu caranya adalah dengan memasang PLTS Atap untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga. Tertarik? Hitung terlebih dahulu kebutuhan listrik Anda dengan kalkulator surya. Setelah itu, Anda bisa mengunjungi direktori SolarHub untuk mencari tahu jasa pemasangan PLTS Atap rumah tangga terdekat.
Referensi:
https://iesr.or.id/mengintip-dampak-pemanasan-global-di-kebun-raya-cibodas
https://iesr.or.id/perubahan-iklim-umat-manusia-menghadapi-ancaman-serius
https://www.gramedia.com/literasi/keanekaragaman-hayati/
https://www.vox.com/2021/8/18/22556193/solar-energy-biodiversity-birds-pollinator-land
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364032116304622
https://oyarenewables.com/resources/environmental-impact-of-solar-energy-on-biodiversity/
https://climatechange.ucdavis.edu/climate/news/can-solar-energy-and-wildlife-coexist