Pada tahun 2021 kemarin, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara yang menghasilkan emisi karbon kumulatif terbanyak menurut Carbon Brief. Hal ini tidak terlepas dari emisi karbon yang dihasilkan oleh para big polluters atau penghasil emisi karbon terbesar seperti industri energi.
Jika melihat data dari IESR pada 2019, di luar sektor hutan dan penggunaan lahan (FOLU), sektor energi menjadi polluter yang menyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar (45,7%). Di sisi lain, sektor pembangkitan listrik menyebabkan emisi GRK sebanyak 35%, lalu sektor transportasi dan industri masing-masing menyumbang sebesar 27%.
Apa itu emisi karbon?
Emisi karbon adalah sebuah peristiwa ketika ada perpindahan gas berbahan dasar karbon, misalnya karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (N2O), dan gas metana (CH4), ke lapisan atmosfer bumi. Hal ini kemudian memicu naiknya suhu permukaan bumi yang juga berkaitan erat dengan fenomena perubahan iklim. Peristiwa perpindahan karbon ini akhirnya diperparah dengan adanya emisi gas rumah kaca yang berasal dari karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitroksida (N2O), serta gas fluorinasi.
Dampak tingginya emisi karbon
Melihat banyaknya perpindahan gas yang ditimbulkan dari peristiwa emisi karbon, tentunya dampak yang dibawa bagi lingkungan pun tak main-main. Berikut tiga di antaranya:
1. Di bidang kesehatan
Bukan saja memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan, tingginya tingkat emisi karbon ternyata juga berdampak kurang baik bagi industri kesehatan. Pasalnya, perubahan iklim yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan bumi dapat memicu timbulnya berbagai penyakit baru dengan penularan yang lebih cepat melalui medium air, hewan pengerat, serta makanan. Di samping itu, masalah serius pada pernapasan, kardiovaskular, dan kanker mungkin juga makin diperparah akibat kualitas udara yang makin memburuk.
2. Di bidang lingkungan
Tingginya emisi karbon yang memicu naiknya suhu permukaan bumi juga membawa sederet bencana bagi lingkungan. Contohnya, potensi kebakaran hutan akan lebih tinggi dan satwa yang berdiam di dalamnya akan mengalami kesulitan, bahkan stres, akibat situasi yang tidak menentu ini.
Suhu permukaan bumi yang meningkat juga dapat membuat lapisan es atau gletser di kutub berkurang. Akibatnya, permukaan air laut naik dan mengakibatkan tingginya potensi banjir di wilayah pesisir pantai. Pernyataan ini lantas didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh tim Kompas di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) Indonesia pada periode 2013-2022 lalu.
Penelitian tersebut mengungkap fakta bahwa 893 DAS di Indonesia menunjukkan tren longsor dan banjir yang meningkat selama 10 tahun terakhir. Peningkatan risiko bencana ini tak lain dilatarbelakangi oleh fenomena alih fungsi lahan menjadi bangunan di sekitar daerah aliran sungai tersebut.
3. Di bidang ekonomi
Bidang ekonomi juga tak luput mendapatkan dampak buruk dari tingginya tingkat emisi karbon yang terjadi. Sebagai contoh, negara Amerika Serikat memiliki biaya penanganan bencana kumulatif sebesar 17,7 miliar USD per tahun dalam rentang waktu 1980 sampai 2019. Akan tetapi, jika dihitung dari 2017 sampai 2019, biaya tersebut mencapai 153,5 miliar USD per tahunnya.
Cara mengurangi emisi karbon
Melihat berbagai dampak buruk yang disebabkan oleh naiknya suhu permukaan bumi, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi tingginya tingkat emisi karbon.
1. Lebih hemat dalam menggunakan energi
Cara mengurangi emisi karbon yang paling mudah dan bisa Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah menghemat penggunaan energi. Mulailah dengan mematikan barang-barang elektronik yang sedang tidak digunakan, matikan keran air saat sedang mencuci tangan atau sikat gigi, dan belilah perangkat elektronik yang lebih hemat energi. Bahkan, mengurangi screen time juga dapat lebih menghemat penggunaan energi.
2. Kurangi penggunaan bahan bakar fosil
Cara kedua adalah dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Semisal jarak yang Anda tempuh kurang dari 2 km, Anda bisa memilih berjalan kaki atau menggunakan sepeda saja. Kemudian, untuk jarak tempuh yang cukup jauh, transportasi umum juga bisa menjadi pilihan yang sangat pas.
3. Dukung kampanye peduli lingkungan
Jika keluarga Anda sudah menerapkan cara-cara pengurangan emisi karbon, ajak orang sekitar dengan mendukung kampanye peduli lingkungan. Langkahnya bisa Anda mulai dengan bergabung ke komunitas terkait atau menggalakkannya di media sosial Anda sendiri. Dengan begitu, harapannya orang akan lebih aware lagi akan isu ini. Akhirnya, lebih banyak orang yang melakukan upaya serupa untuk mengurangi dampak kenaikan suhu permukaan bumi.
4. Beralih ke sumber energi terbarukan
Terakhir, Anda bisa mulai beralih ke sumber energi terbarukan untuk mengurangi dampak buruk dari tingginya emisi karbon. Salah satu energi ramah lingkungan yang cocok untuk dipakai di Indonesia adalah PLTS Atap. Dengan memanfaatkan energi sinar matahari, PLTS Atap bisa membantu Anda mengurangi penggunaan energi listrik yang bersumber dari karbon.
Mengurangi emisi karbon tentunya menjadi hal penting yang harus mulai dilakukan secara bertahap dari sekarang. Pasalnya, perubahan iklim yang diakibatkan oleh tingginya emisi karbon bisa makin parah pada tahun 2100 jika hal ini diabaikan. Bahkan, 115 pulau kecil di Indonesia terancam tenggelam berdasarkan riset yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi dampak tersebut adalah dengan menggunakan PLTS Atap. Untuk informasi lebih lanjut tentang penyedia jasa pemasangan PLTS Atap, Anda bisa cek direktori SolarHub di website solarhub.id. Ayo, lakukan perubahan untuk atasi perubahan iklim di dunia!