Belakangan ini, banyak media yang menggaungkan bahwa dunia sedang mengalami krisis iklim atau biasa dikenal sebagai pemanasan global (global warming). Namun, apa itu krisis iklim? Pada dasarnya, fenomena tersebut membuat suhu bumi meningkat sehingga udara terasa lebih panas.
Krisis iklim dapat merugikan lingkungan maupun kualitas hidup karena dengan iklim yang lebih panas, volume air laut akan meningkat dan pertumbuhan tanaman sebagai sumber makanan juga akan terganggu. Akan tetapi, pemakaian listrik tenaga surya dapat menekan dampak dari kondisi krisis iklim. Bagaimana caranya? Mari kita simak bersama-sama di artikel ini.
Bagaimana kondisi krisis iklim terkini?
Para ahli iklim memperkirakan bahwa suhu rata-rata bumi akan meningkat setidaknya sebesar 1,2 derajat Celcius pada tahun 2023 ini. Hal ini berbeda dari informasi pada tahun 2016 hingga 2022. Bagaimana bisa? Menurut NASA, suhu bumi sempat mencapai rata-rata yang wajar karena fenomena La Nina, atau pendinginan permukaan air laut di Samudra Pasifik, bertahan lebih lama.
Akan tetapi, Gavin Schmidt selaku kepala Goddard Institute of Space Studies dari NASA menyatakan bahwa ada kemungkinan justru fenomena La Nina akan digantikan dengan El Nino yang meningkatkan suhu permukaan samudra. Jika itu terjadi, suhu bumi bisa bertambah panas pada akhir tahun 2023 hingga tahun 2024.
Sementara itu, Persetujuan Paris (Paris Agreement) mencoba membatasi peningkatan suhu bumi agar tidak melewati 1,5 derajat Celcius karena jika lebih dari itu, akan terjadi fenomena cuaca ekstrem dan meningkatnya frekuensi bencana alam yang membahayakan kehidupan.
Tekan dampak krisis iklim dengan listrik tenaga surya
Tidak hanya fenomena El Nino, salah satu penyebab krisis iklim yang paling signifikan adalah tingginya tingkat penggunaan energi fosil. Para ahli prediksi iklim dari NASA dan Met Office pun juga menyetujui bahwa peningkatan suhu permukaan bumi akan semakin tinggi seiring dengan banyaknya emisi gas rumah kaca (greenhouse gas) global yang terperangkap hingga membuat iklim lebih panas.
Sayangnya, energi fosil digunakan untuk banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya pasokan listrik. Padahal, berdasarkan informasi dari EPA, energi fosil memiliki jejak karbon yang cukup besar, yaitu 820 ton, karena 65% dari karbon dioksida di bumi berasal dari sana. Maka dari itu, dengan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan seperti listrik tenaga surya, Anda dapat menekan efek negatif krisis iklim.
Sumber energi terbarukan, lebih ramah lingkungan
Listrik tenaga surya lebih ramah lingkungan karena sumbernya berasal dari energi terbarukan, yakni sinar matahari. Hal ini pun didukung oleh penelitian dari Our World in Data yang menunjukkan bahwa emisi karbon tenaga surya hanya sebesar 5 ton. Oleh sebab itulah semakin banyak negara yang beralih ke sumber energi terbarukan.
Secara teori pun, peralihan ke listrik tenaga surya di Indonesia juga tidak sulit karena menurut publikasi IESR, potensi energi terbarukan Indonesia berkisar antara 3.396 GWp hingga 19.385 GWp. Sayangnya, pemanfaatan energi surya di Indonesia baru mencapai 0,2 GWp atau di bawah 1% dari total kapasitas yang ada.
Untuk mendukung transisi ke energi terbarukan, pemerintah pun telah memprakarsai banyak program insentif, salah satunya melalui peningkatan ekspor listrik tenaga surya ke PLN sebesar 100% setelah Permen ESDM Nomor 49 Tahun 2018 tentang PLTS Atap direvisi.
Langkah awal yang sebaiknya diambil
Nah, bagaimanakah Anda bisa memulai peralihan ke energi surya untuk kehidupan sehari-hari dan mencegah dampak krisis iklim? Caranya sangat mudah, yaitu cukup dengan memasang PLTS Atap untuk rumah tangga. Namun, sebelum itu, ada beberapa hal yang harus Anda lakukan.
Pertama, karena bentuk pemanfaatan energi surya cukup banyak, alangkah baiknya jika Anda membekali diri dengan pengetahuan tentang listrik tenaga surya. Setelah mendapatkan semua informasi yang diperlukan, Anda bisa mulai memperhitungkan kebutuhan listrik dan dana pemasangan panel tenaga surya untuk rumah tangga berdasarkan penggunaan selama ini.
Peningkatan suhu bumi dari krisis iklim berpotensi merugikan kenyamanan dan kesehatan Anda. Untuk menangkal efek negatif tersebut, tenaga listrik surya dapat membantu dengan emisi karbon yang jauh lebih kecil daripada bahan bakar fosil, serta sumbernya yang terbarukan.
Tidak perlu cemas, Anda juga bisa berpartisipasi dalam penyelamatan lingkungan dari krisis iklim dengan pemasangan panel tenaga surya. Akan tetapi, sebaiknya Anda tidak tergesa-gesa. Sebelum memasang panel tenaga surya, dapatkan informasi seputar PLTS Atap melalui publikasi IESR. Terakhir, jangan lupa simulasikan penghitungan kebutuhan PLTS Atap untuk rumah Anda dengan kalkulator surya SolarHub.
Reference:
https://kalkulator.solarhub.id/
https://pertaminapower.com/pembangkit-listrik-tenaga-surya
https://www.axios.com/2023/01/14/global-warming-accelerates-2023
https://dunia.rmol.id/read/2022/12/20/557676/peneliti-iklim-sebut-2023-akan-jadi-tahun-terpanas-bumi