Social Media

Monday, December 9, 2024

Kisah Panen Petani Desa Kaliurip dengan Pompa Tenaga Surya

Menurut hasil riset sekelompok peneliti dari Peking University yang diterbitkan di jurnal Nature Food, cuaca ekstrem akibat krisis iklim berisiko menurunkan hasil produksi padi sebanyak 8,1%. Maka dari itu, peralihan ke sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan sangat penting untuk menangkal berbagai dampak buruk akibat gagal panen. Di sisi lain, ada desa yang kini sudah beralih ke solusi agrikultur dengan energi terbarukan berupa pompa tenaga surya, yaitu Desa Kaliurip. Seperti apakah kisah mereka? Simak selengkapnya di bawah ini!

Panen Hanya Setahun Sekali

Sebelum mengenal teknologi pompa air tenaga surya, para petani di Desa Kaliurip, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas hanya bisa melakukan aksi panen sekali dalam setahun. Alasannya tentu saja karena musim kemarau panjang yang mengakibatkan petak-petak sawah mereka tidak teraliri air dengan baik. Kondisi tersebut mengakibatkan kondisi tanah tidak layak ditanami, khususnya padi. Maka dari itu, setelah memanen padi-padi, biasanya para petani di desa setempat akan menggantikannya dengan palawija yang hasilnya pun tak seberapa.

Padahal, kondisi persawahan di Desa Kaliurip itu sangat dekat dengan Sungai Tajum. Bahkan, aliran sungai ini membentang sepanjang 65 km, mengitari tujuh kecamatan di kabupaten ini. Akan tetapi, karena posisinya yang berada 10 meter di bawah permukaan tanah, membuat para petani di desa ini memerlukan biaya dan usaha ekstra untuk memompanya ke atas. Mereka pun sempat membuat kincir air, meskipun pada akhirnya kincir tersebut rusak akibat arus sungai yang terlalu deras.

Pompa Air Bertenaga Diesel Menjadi Andalan

Setelah kincir air yang dibangun sendiri dengan gotong royong bersama warga setempat, para petani di Desa Kaliurip kemudian menggunakan pompa air bertenaga diesel. Mereka menyewa dengan biaya Rp25 ribu per jam. Sementara itu, ukuran sawah seluas 700 meter persegi biasanya akan membutuhkan pengairan kurang lebih selama 4 jam. Sehingga, dapat dikatakan bahwa mereka harus mengeluarkan minimal Rp100 ribu.

Selain boros dari segi biaya, pompa air bertenaga diesel ini juga tak ramah lingkungan. Sebab, bahan bakarnya dapat meningkatkan produksi karbon dioksida (CO2) di udara sehingga memicu krisis iklim atau yang disebut sebagai global warming. Pada akhirnya, peningkatan kadar CO2 dapat memengaruhi perubahan iklim yang akan merugikan para petani itu sendiri.

Pompa Tenaga Surya, Solusi Ramah Lingkungan untuk Tingkatkan Frekuensi Panen

Setelah kincir angin swadaya itu rusak, para petani di Desa Kaliurip kemudian mengajukan permohonan ke pemerintah kabupaten setempat untuk menginstalasi pompa air yang digerakkan oleh tenaga surya. Pada 2018 pompa air bertenaga surya pun berhasil terpasang dengan memanfaatkan dana APBD dari Dinas Pertanian.

Pemasangan pompa air yang digerakkan oleh panel surya ini pun mengubah kebiasaan panen warga yang awalnya hanya sekali setahun menjadi tiga kali dalam setahun. Para petani di salah satu desa di Banyumas ini bisa dua kali panen padi dan sekali panen palawija dalam satu tahun berkat aliran air yang meluas ke 20 hektare sawah.

Bukan hanya jangkauannya yang meluas ke petak-petak sawah di desa tersebut, pompa air tenaga surya juga menuntut biaya yang lebih sedikit dari para penggunanya. Salah satu petani di wilayah tersebut mengatakan bahwa mereka hanya diminta membayar dengan 10 kilogram gabah setiap panen. Harga gabah per kilonya adalah Rp4 ribu. Itu artinya mereka hanya perlu menganggarkan dana sebesar Rp40 ribu saja untuk pengairan sawah mulai dari masa persiapan hingga panen.

Potensi PATS untuk Masa Depan Desa Kaliurip

Memang, pompa air tenaga surya mereka saat ini sudah bisa mengairi 20 hektare sawah. Akan tetapi, tetap ada tantangan tersendiri yang masih perlu dihadapi oleh warga Desa Kaliurip. Pasalnya, pompa air ini pastinya kurang maksimal ketika matahari tidak bersinar cukup terik. Solusi yang kemungkinan perlu dikembangkan adalah dibangunnya bak penampungan air.

Bak penampungan air itu nantinya bisa membuat pengairan dua kali lebih luas dibandingkan sebelumnya. Sehingga, para petani tak perlu khawatir bila memerlukan aliran air pada malam hari atau ketika cuaca sedang mendung.

 

Tenaga surya untuk agrikultur yang lebih sustainable dan ramah lingkungan tentunya sangat penting, terlebih di zaman yang sudah makin krisis iklim seperti sekarang ini. Anda bisa memulai langkah pertama yang lebih sederhana untuk beralih ke green lifestyle, yaitu dengan melakukan pemasangan PLTS Atap di rumah.

Melalui PLTS Atap, Anda bisa membuat swadaya energi listrik yang dampaknya dapat memperlambat krisis iklim atau yang lebih dikenal sebagai global warming. Untuk mengetahui seluk-beluk PLTS Atap, kunjungi laman FAQ SolarHub. Lalu, lakukan perhitungan kebutuhan kapasitas panel surya di kalkulator surya dan cari vendor pemasangan PLTS Atap terdekat lewat direktori SolarHub.

 

Referensi:

https://iesr.or.id/infografis/tenaga-matahari-airi-sawah

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/05/09/produksi-padi-dunia-terancam-perubahan-iklim

https://www.mongabay.co.id/2022/07/26/menuju-provinsi-surya-dari-petani-sampai-industri-mulai-pakai-energi-matahari-di-jateng/

https://solarhub.id/pertanyaan-umum/#tentang-plts-atap

https://kalkulator.solarhub.id/

https://solarhub.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *